Welcome to Program Studi

S1 Teknik Geologi

Bahasa :

Optimalisasi Geotrack Pada Geosite Cluster Baturaja Guna Menopang Pengembangan Geowisata Sumatera Selatan

single

Geosite adalah sebagai bentang alam yang memiliki potensi sebagai situs pariwisata dan memiliki nilai berdasarkan sudut pandang penilaian manusia (modifikasi Kubalikova, 2013). Geosite erat kaitannya dengan keberadaan geowisata di suatu lokasi. Geowisata menurut Dowling dan Newsome (2010) berfokus pada lanskap dan geologi dari wisata alam tersebut sebagai sarana publik. Geomorfosite dan geosite memiliki kesamaan berkaitan dengan bagian yang paling sederhana dalam geowisata, kumpulannya yang akan membentuk dan menghadirkan geowisata di suatu wilayah. Dalam peninjauan lapangan diperoleh geosite dan geomorfosite sebanyak tujuh tempat yang terdiri dari:

1. Goa Putri dan Museum Si Pahit Lidah

2. Bukit pasir tanjung baru

3. Goa kelambit

4. Telaga Biru Kuripan

5. Goa Harimau

6. Curup Cucul

7. Lesung bintang

Deskripsi geosite dan geoomorfosite dilakukan secara langsung pada saat tinjauan dan observasi di lapangan. Deskripsi dibuat dengan mempehatikan aspek-aspek kebumian, kebudayaan, pendidikan, akses, dan kunjungan ke tiap geosite. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan berbasis pada dua teknis yaitu pada pengamatan langsung dan melalui opensource map (OSM). Optimalisasi OSM dilaksanakan dengan pemetaan Geographic Information System (GIS). Sementara itu proses pemetaan di lapangan dikerjakan dengan plotting titik geosite, deskripsi keunikan geologi, pengambilan foto, dan pembuatan peta zona geotrack. Peta zona geotrack menjadi luaran yang diharapkan akan merepresentasikan eksitensi dan aksesibilitas pada distribusi geosite di Cluster Baturaja.

Goa Putri dan Museum Si Pahit Lidah
Goa ini terdapat pada Formasi Baturaja (Tmb) dan pada umumnya keadaan topografi tidak teratur yang disebabkan oleh keadaan litologi pada goa ini terdiri atas batugamping terumbu dan batugamping platform. Goa Putri terbentuk karena proses karstifikasi, atau proses peluruhan dan pelarutan batugamping sehingga terdapat ornamen berupa stalagtit, stalagmit, column, dan gamping kristalin. Stalagtit tumbuh menggantung di atap goa menuju ke bawah, terbentuknya stalagtit ini karena adanya tetesan air, dimana tetesan tersebut mengandung larutan kalsium karbonat, dalam kurun waktu tertentu mineral pada larutan ini terendap dan terbentuk sebuah ornament seperti tanduk yang menggantung di langit disebut sebagai stalagtit.


Gambar 1. kenampakan singkapan karts pada goa putri dengan: a) Pintu masuk Goa Putri;b) Sungai bawah tanah yang terletah di Goa Putri; c) Kehadiran stalagtit dan stalagmit sebagai ornamen dan keunikan yang terkandung di Goa Putri; d) Column yang ditemukan pada bagian dalam Goa Putri sebagai gabungan stalagtit dan stalagmit.

Stalagmit terbentuk karena adanya tetesan stalagtit yang jatuh ke lantai goa, stalagtit tumbuh di lantai goa menuju keatas. Selain membentuk stalagmite dan stalagtit, pada goa ini juga terdapat sungai bawah tanah yang menandakan lapisan di bawahnya impermeable. Batuan yang ada di dalam gua memiliki resistensi yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan adanya pelapukan yang disebabkan oleh pengaruh oksigen, cahaya matahari yang minim, serta adanya sungai bawah tanah. Air-air yang mengalir melalui stalagtit juga dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan yang menyebabkan batuan di sekitarnya menjadi lebih lembab dan bahkan ada beberapa batuan yang masih terkena sedikit cahaya matahari ditumbuhi oleh tumbuhan lumut, sehingga perlu sedikit berhati-hati saat melangkah pada situs ini.

2. Bukit Pasir Tanjung Baru

Secara Geologi Bukit Pasir Tanjung Baru berada pada Formasi Talangakar (Tpok) dengan litologi batuan berupa batupasir yang mendominasi. Bentuk wisata geologi yang ditawarkan pada lokasi ini berupa singkapan batupasir setinggi ±4 meter. Terdapat endapan sedimen yang terbentuk akibat adanya penumpukan material seperti kerikil pada bagian samping singkapan. Selain itu juga menunjukkan adanya longsoran karena resistensi batuan yang berkurang akibat adanya faktor alam seperti curah hujan yang mengakibatkan adanya pelapukan pada batuan.


Gambar 2. Bukit Pasir Tanjung Baru melalui kenampakan drone.

3. Goa Kelambit

Kata “kelambit” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kelelawar”. Penamaan Goa Kelambit ini diambil dari adanya keberadaan kelelawar di dalam gua. Goa Kelambit memiliki panjang sekitar 200 meter dan berada di area dengan luasan 1 hektar. Secara geologi Goa Kelambit berada pada Formasi Baturaja dengan litologi batuan berupa batugamping. Di dalam gua terdapat bentukan seperti kepala naga. Bentukan ini terjadi karena adanya ketidakresistenan batuan pada Goa Kelambit yang didukung juga dengan faktor lain seperti adanya vegetasi dan perubahan iklim. Seperti gua karst pada umumnya, Goa Kelambit juga memiliki lubang air bawah tanah. Akan tetapi lubang ini cukup dalam dan tidak dapat dicapai oleh manusia sehingga lubang tersebut dijadikan oleh kelelawar sebagai tempat tinggal. Oleh karena itu diperlukan adanya perawatan dan penjagaan yang lebih intesif pada Goa Kelambit agar objek wisata yang telah ada tidak hilang atau pun rusak.


Gambar 3 Kenampakan goa kelampit dari sisi pintu masuk goa.

4. Telaga Biru Kahuripan

Telaga Biru Kahuripan secara geologi berada pada Formasi Muara Enim (Tmpm) dengan litologi batuan berupa batupasir dan Formasi Kuarter Vulkanik (Qhv) dengan litologi batuan tuff. Pada sisi danau ditemukan adanya singkapan batuan berupa litologi batupasir dan juga beberapa litologi tuff.


Gambar 4. Keadaan objek geosite Danau Kuripan dari point view.

5. Goa Harimau

Goa ini berada tidak jauh dari situs Goa Putri selain terdapat pada Formasi Baturaja (Tmb) yang sama, proses karstifikasi, atau proses peluruhan pada batu gamping juga yang menyebabkan keterbentukan Goa Harimau, sehingga pada Goa Harimau juga terdapat ornamen berupa stalagtit, stalagmit, column, dan gamping kristalin seperti Goa Putri.
Tidak hanya menghadirkan keindahan relief dinding goa dan juga stalagmit dan stalagtit saja ketika kita berada di Goa Harimau. Hal yang paling menarik adalah Goa Harimau ini dahulunya sebagai tempat tinggal Homo sapien yang hadir pada 14 ribu tahun yang lalu. Banyak sekali ditemukan bukti-bukti adanya peradaban di Goa Harimau. Misalnya seperti tulang-tulang manusia, dan juga tulang binatang seperti monyet, gajah, babi, rusa, yang disinyalir dikonsumsi oleh Homo sapien. Selain itu juga banyak ditemukan artefak, seperti alat pipisan, batu obsidian, dan juga alat penumbuk yang semuanya terbuat dari batu. Salah satu wisata di Sumatera Selatan ini memang sangat menarik untuk dikunjungi dan konon katanya termasuk situs prasejarah yang tertua di Indonesia. Untuk lokasinya sendiri tidak begitu jauh dari Goa Putri, yang terletak di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji.


Gambar 5. Objek wisata goa harimau a) Kenampakan dari kejauhan bentukan dari goa harimau dengan b),c) dan d) kehadiran stalagtit dan stalagmit.

6. Curup Cucul

Curup Cucul merupakan objek wisata yang memiliki kenampakan air terjun yang berada di hamparan bebatuan. Di pandang dari ilmu kegeologian, batuan yang terdapat di daerah ini merupakan jenis batuan beku berupa basalt Formasi Kikim. Selain itu terlihat juga berupa struktur geologi berupa sesar turun yang diidentifikasi dari kenampakan stepping bidang sesar dengan intensitas kekar.


Gambar 6. Panorama Curup Cucul melalui foto drone.

7. Lesung Bintang

Secara morfologi, Lesung Bintang merupakan sebuah tebing setinggi ±10 meter batugamping Formasi Baturaja (Tmb) yang berada pada sisi barat laut Sungai Lengkayap (Gambar 1). Objek utama pada lokasi ini yaitu terdapat batugamping yang menyerupai kenampakan seperti lesung akibat pelarutan oleh air (Gambar 1). Secara akses, para wisatawan harus menaiki tangga yang cukup terbilang curam untuk sampai di lokasi Lesung tersebut. Hal tersebut menyebabkan masyarakat enggan untuk berkunjung kembali pada lokasi ini. Selain itu kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat setempat, lokasi tersebut menjadi tidak terjaga. Lebatnya vegetasi yang menutupi objek wisata ini menyebabkan tertutupnya akses masuk.
Berdasarakan akses dan keunikan geologi dari tiap geosite maka dapat didelineasi menjadi dua geotrack utama pada pengembangan geowisata di Cluster Baturaja yaitu geotrack Lengkayap–Rantau Kumpang dan geotrack Ulu Ogan (Gambar 2). Berdasarkan akses tiap geotrack dapat ditempuh dalam agenda wisata selama dua hari dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan distribusi track dimulai dari Lengkayap-Rantau Kumpang diteruskan ke Ulu Ogan di arah barat Baturaja.


Gambar 7. Kondisi geosite lesung bintang pada geowisata cluster Baturaja.

Secara teknis berbagai lokasi geosite maupun geomorphosite yang dikaji memiliki keunikan dan karakteristik masing-masing. Potensi keindahan, keilmuan, kebudayaan, dan kebermanfaatan untuk masyarakat, siswa, mahasiswa, maupun wisatawan menjadi penting dinilai untuk mengevaluasi keadaan dan kondisi geosite dan geomorphosite agar dapat dioptimalkan. Berdasarkan penilaian yang dilakukan ditemukan variasi potensi dalam pengembangan geoheritage yang ada di Baturaja, Sumatera Selatan. Kehadiran geomorphosite dan geosite pada lokasi pengabdian berpotensi menjadi potensi lebih untuk mengambangkan cluster Baturaja (Mayasari dkk., 2021). Potensi ini tentunya akan dapat dikembangkan dengan kehadiran geotrack berupa peta yang mendiseminasi titik-titik geoheritage yang diperoleh saat tinjauan lapangan (Gambar 8).


Gambar 8. Peta distribusi lokasi geoheritage klaster Baturaja, Sumatera Selatan (Mayasari dkk. 2021).

4.3 Delineasi Geotrack

Berbasis pada pemetaan geowisata yang telah dilakukan, diidentifikasi tujuh lokasi geosite yang terdapat di daerah Baturaja yaitu Lesung Bintang Bukit Pasir Tanjung Baru, Goa Kelambit, Curup Cucul, Telaga Biru Kuripan, Goa Putri dan Museum Si Pahit Lidah, dan Goa Harimau. Keseluruhan dari geosite ini memiliki heterogenitas baik secara geologi, akses, keindahan, dan fasilitas umum pendukung. Berdasarkan karakteristik dan akses maka ketujuh objek geowisata ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu geotrack Lengkayap–Rantau Kumpang dan Ulu Ogan. Berdasarkan akses tiap geotrack dapat ditempuh dalam agenda wisata selama dua hari dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan distribusi track dimulai dari Lengkayap-Rantau Kumpang diteruskan ke Ulu Ogan di arah barat Baturaja. Implementasi geotrack ini diharapkan mendorong kunjungan pelancong lokal maupun nasional sebagai panduan dalam berwisata di geowisata Cluster Baturaja di Kabupaten OKU, Sumatera Selatan.


Gambar 9. Delinasi geotrack Lengkayap-Rantau Kumpay dan Ogan pada pengembangan Geowisata Cluster Baturaja.

Sosialisasi mengenai Optimalisasi Geotrack pada Geosite Cluster Baturaja Guna Menopang Pengembangan Geowisata Sumatera Selatan ini dilakukan di dua tempat yaitu di Dinas Pariwisata Baturaja dan di SMA Negeri 1 OKU. Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat menyadari bahwa Baturaja memiliki potensi geowisata yang sangat menarik dan harus tetap dijaga kelestariannya. Selain itu, sosialisasi ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Geowisata di cluster Baturaja.


Gambar 10. Dokumentasi Sosialisasi a), b) Sosialisasi di SMA N 1 OKU dan
c), d) Sosialisasi di Dinas Pariwisata

Mengacu pada hasil sosialisasi yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa warga masyarakat sekitar khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) telah memahami bahwa daerah Baturaja memiliki potensi geowisata yang perlu dilestarikan. Hadirnya potensi geowisata ini diyakini memberikan sisi positif pada daerah Baturaja untuk mengembangkan sisi lain, khususnya pada bidang perekonomian.

Berdasarkan hasil sosialisasi yang dilakukan pada Dinas Pariwisata Kota Baturaja, diketahui bahwa pihak Dinas Pariwisata telah melakukan sosialisasi/penyuluhan pada warga masyarakat sekitar, namun masih terkendala oleh beberapa hal, yaitu:

Warga sekitar masih kurang memahami pentingnya menjaga kelestarian potensi geowisata. Hal ini dibuktikan dengan adanya bagian-bagian Goa Putri yang dipotong dengan alasan estetika. Padahal Goa Putri membutuhkan waktu yang panjang dalam pembentukannya.
Salah satu lokasi pontensi geowisata merupakan milik pribadi/perorangan (swasta). Hal ini menyebabkan pihak dinas mengalami kesulitan untuk menjaga kelestariannya.
Dengan adanya kendala-kendala tersebut, maka pihak Dinas Pariwisata Kota Baturaja merasa perlu dilakukan kolaborasi antara Dinas Pariwisata Kota Baturaja dengan tim Program Studi Teknik Geologi untuk saling bersinergi melakukan sosialisasi dan penyampian pemahaman terhadap potensi geowisata ini. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya akan dilakukan kerjasama antara Dinas Pariwisata Kota Baturaja dan Program Studi Teknik Geologi untuk menemui warga masyarakat.

Dari pengabdian masyarakat yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Berdasarkan observasi, olah data, dan sosialisasi dalam kegiatan pengabdian yang telah dilakukan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Optimalisasi Geotrack pada Geosite Cluster Baturaja Guna Menopang Pengembangan Geowisata Sumatera Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Diidentifikasi tujuh lokasi geosite yaitu Lesung Bintang Bukit Pasir Tanjung Baru, Goa Kelambit, Curup Cucul, Telaga Biru Kuripan, Goa Putri dan Museum Goa dan Museum Si Pahit Lidah, Goa Harimau. Berdasarkan tujuh geosite didelineasi menjadi dua geotrack yaitu geotrack Lengkayap–Rantau Kumpay dengan geosite meliputi Lesung Bintang, Bukit Pasir Tanjung Baru, Goa Kelambit, Pemandian Cucul, sementara pada geotrack Ogan terdiri dari Telaga Biru Kuripan, Goa Putri dan Museum Si Pahit Lidah, serta Goa Harimau.
Sosialisasi dalam kegiatan pengabdian ini dilakukan agar masyarakat setempat mampu dan memahami nilai yang terkandung serta potensi geowisata yang terdapat di daerah Baturaja. Adanya sosialisasi ini juga semakin membuka wawasan masyarakat dalam mengenal objek-objek wisata yang ada di daerah Baturaja. Pengabdian masyarakat ini akan terus dilakukan khususnya untuk mengembangkan potensi geowisata pada daerah baturaja, dalam hal ini pada tahun 2023 pengabdian ini dilakukan dengan bekerja sama antara Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya dengan Dinas Pariwisata setempat. Pengembangan geowisata daerah kota Baturaja dan sekitarnya ini diharapkan bisa menjadi salah satu situs warisan yang diakui secara Nasional maupun Internasional.