>
Selamat Datang di Universitas Sriwijaya
Bahasa :
logo

Peringatan Hardiknas, Rektor Memberikan Penghargaan Kepada Para Peraih Prestasi

Rektor Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, IPU, Asean Eng. memberikan penghargaan kepada dosen berprestasi pada kegiatan penelitian dengan H Index Scopus tertinggi, penghargaan Jurnal terindek Scopus dan Sinta, penghargaan lomba fakultas terbersih, dan penyerahan penghargaan Satyalancana 30 tahun. Penghargaan diberikan usai pelaksanaan upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Halaman Kantor Pusat Administrasi Universitas Sriwijaya (Unsri) kampus Indralaya, Jumat (12/5/2022). 

Setelah membacakan sambutan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada upacara yang diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan ini Rektor memberikan arahan kepada para pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Ia mengatakan bahwa pendidikan yang selama ini dilakukan bukan tidak baik, tetapi masih ada nilai-nilai penjajahan di dalamnya. 

“Masih banyak pendidikan dengan tujuannya beramal, tetapi pada pelaksanaannya sebenarnya melakukan penjajahan terhadap anak-anak. Kita banyak memberikan tugas-tugas yang tidak tahu untuk apa. Kita senang kalau anak kita berkeringat-keringat bermalam-malam tidak tidur untuk melakukan hal-hal karena egoisme kita. Banyak yang melenceng dari apa yang sebenarnya harus kita berikan kepada mereka terutama ilmu pengetahuan. Kita punya semboyan di dalam lambang pendidikan kita bahwa kita ini adalah Tut Wuri Handayani memberikan bimbingan kepada anak-anak kita semuanya, baik anak kita pribadi, maupun anak-anak saudara kita, semuanya adalah anak bangsa dan pada hakekatnya anak kita semua. Pada saat kita mendidik anak kita di rumah kita berikan yang terbaik kepada anak-anak kita, tetapi begitu diberikan amanah untuk mendidik anak orang lain, maka kita tidak berlaku adil,” kata Rektor. 

Ia mengajak para pendidik untuk mengubah pola belajar mengajar, seperti yang sudah digaungkan oleh menteri-menteri sebelumnya. “Zaman Pak Profesor Nuh sudah digencarkan untuk merubah pola belajar mengajar dengan mengkaji bersama, tetapi egoisme kita sebagai dosen kita selalu melihat mahasiswa itu kerdil kita kecilkan mahasiswa. Mata kita melihat dia bodoh. Padahal itu semua belum tentu, karena generasi berubah, teknologi berubah, bisa jadi kita yang lebih bodoh daripada anak-anak kita. 

Proses pendidikan adalah mentransfer ilmu kepada anak-anak, bukan menghukum seperti pengadilan. Apa yang kita berikan, tidak pernah kita berikan reward tidak pernah kita berikan penghargaan kepada mereka. Membuat tugas banyak sekali yang tidak ada nilainya sama sekali. Tujuannya apa supaya anak-anak tersiksa? Harusnya ilmu yang kita berikan. Kita ajak bersama-sama. Kenapa kita tidak mau kita duduk bersama dengan anak-anak kita,” lanjut Rektor. 

Pada kesempatan itu rektor juga mengajak untuk merubah pola belajar mengajar dengan mengkaji bersama, mengupdate diri dan proses pendidikan, memberikan bimbingan serta dapat berlaku adil kepada para mahasiswa. (Yo)