>
Selamat Datang Di Universitas Sriwijaya
Bahasa :
logo

Puncak Dies ke-59 Fakultas Pertanian “Memperkuat Relevansi dan Kemitraan Menuju Pertanian Tangguh”

Puncak Dies ke-59 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (FP – Unsri) dengan tema Memperkuat Relevansi dan Kemitraan Menuju Pertanian Tangguh diisi dengan orasi ilmiah oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc. yang berlangsung di Hall FP Unsri kampus Indralaya, Senin (24/10/2022).

Di awal laporannya Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. A. Muslim, M. Agr menyampaikan bahwa saat ini seluruh dunia menghadapi tiga masalah dan tantangan besar, yaitu perubahan iklim, revolusi industry 4.0, dan pasca Pandemi Covid-19. Menurutnya dari ketiga masalah tersebut, memunculkan konsep baru untuk menghadapinya, yaitu Green atau blue economy untuk menekan perubahan iklim; sharing digital economy begitu pesat dan disruptive di hadapan kita yang tidak terpikirkan sebelumnya; ketiga New normal economy juga terjadi di masa dan pasca pandemic.

“Sehubungan dengan 3 tantangan besar tersebut peguruan tinggi (PT) juga menyesuaikan dengan perubahan system pendidikan yang sangat fundamental. Paradikma PT yang dulu sebagai agent of education, agent of risearech, agent of culture, sekarang berkembang di mana PT dituntut menjadi agent of economic development melalui inovasi hasil riset PT yang harus bersinergi dengan industry dan ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, Dekan Fakultas Pertanian juga menyampaikan Sembilan program unggulan, antara lain tranformasi sistem pendidikan dan pembelajaran berbasis revolusi industry 4.0; produktivitas riset strategis dan inovatif berbasis keunggulan local deng publikasi bereputasi; meningkatkan peran Fakultas Pertanian sebagai Agent of Change di masyarakat desa melalui pengabdian masyarakat; membentuk mahasiswa multi talenta dengan soft skill tinggi; internasionalisasi; peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia; good and clean governance; memfasilitasi infrastruktur yang mendukung terselenggaranya Tri Dharma secara optimal; dan income generating activity.

Berkaitan dengan tema Dies ke-59, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Iwan Stia Budi, SKM, M. Kes. yang berbicara atas nama Rektor mengatakan bahwa relevansi global dapat diartikan sebagai pedoman kesesuaian dan kebutuhan serta selalu mengupdate isu-isu global. Ia mencontohkan di forum G20 dengan tiga isu utama global, yaitu transisi energy berkelanjutan, transformasi digital dan ekonomi, arsitektur kesehatan global. Isu ini menurutnya di satu sisi merupakan peluang, tetapi di sisi lain sebagai tantangan. “Oleh sebab itu sudah saatnya kita memikirkan adanya transformasi paradikma perguruan tinggi yang dulunya sebagai agent of education, agen of riset menjadi agent economi of development,” katanya.

Sementara berkaitan dengan inovasi, menurutnya, saat ini terjadi transformasi digital secara massive termasuk perguruan tinggi tidak bisa menghindari transformasi digital. “Khusus Unsri saat ini sudah mengembangkan berbagai upaya untuk menyesuaikan dengan transformasi digital salah satunya adalah pemenuhan infrastruktur pembelajaran termasuk aplikasi yang diberi nama US-Camzi. Dan tentunya juga menyikapi hal ini kita perguruan tinggi tidak bisa berdiri sendiri harus memiliki mitra, contohnya adalah program kemitraan dengan perusahaan dan pemerintah. 

Pertanian tangguh adalah sebagai sebuah ulasan bagaimana hasil produksi pertanian dapat menyokong dan berkontribusi terhadap pembangunan. Ketahanan pangan sebagai salah satu isu strategis saat ini. Mudah-mudahan dengan adanya Dies yang ke 59 dapat menjadi tonggak awal dan berkelanjutan dalam menyokong pembangunan khususnya di bidang pangan,” harapnya.

Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, Dirjen Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M. Sc. menyikapi apa yang disampaikan Dekan dalam program unggulannya mengatakan bahwa kita akan menghadapi perubahan-perubahan. Berbicara soal inovasi yang pertama harus dibangun adalah kerjasama, sinergi. Fakultas pertanian perlu memikirkan konteks global tidak bisa hanya melihat potensi lokal. Di manapun berada harus melihat konteks globalnya seperti apa. Ada faktor alam yang sering terjadi yang mau tidak mau akan mempengaruhi kita. Kebutuhan pangan juga dipengaruhi oleh global.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa negara yang akan bisa bertahan adalah negara yang memiliki kedaulatan pangan, kedaulatan energy, dan mampu menjaga lingkungannya. Dari ketiga hal itu ia mengatakan bahwa Fakultas Pertanianlah yang menentukan daya saing bangsa ke depan. 

Menyitir apa yang di sampaikan Dekan yang selalu mengatakan pendidikan harus berubah. Dirjen Vokasi menjelaskan ada tiga hal yang menurutnya harus berubah, yaitu tentang apa yang dipelajari oleh siswa kita, bagaimana mereka melakukan sesuatu, dan yang harus dipikirkan karena apa yang kita kerjakan itu menjadi hal yang paling cepat berubah. Yang harus berubah juga adalah bagaimana mereka melakukan sesuatu. “Ini juga akan sangat cepat berubah oleh teknologi. Saya tadinya belanja datang ke pasar, sekarang pakai online. Tadinya kalau belanja untuk buka puasa itu datang ke pasar bedug, sekarang online. Nah yang mungkin berubah tidak secepat itu adalah  nawaitu dari setiap pekerjaan itu yang mungkin tidak cepat berubah dan tidak diubah oleh teknologi,” jelasnya.
Pendidikan sudah tidak bisa lagi sebagai satu bidang. “Jadi sekarang mulai dipertanyakan prodi-prodi satu bidang karena pada dasarnya inovasi itu selalu membutuhkan pendekatan multi disiplin, sehingga perlu finance estetik dan etik. Untuk masalah etik itu yang harus Bapak berikan di kampus.

Lalu pendidikan termasuk di fakultas pertanian tolong isi head anaknya, bagaimana mereka bisa berpikir secara logis secara kritis dan kreatif. Dan yang terakhir tolong asuh dan asah nuraninya agar mereka punya dua hal, yaitu kemuliaan seorang manusia dan kerendahan hati. Kenapa kerendahan hati penting karena teknologi membuat kita merasa paling hebat.

Di Instagram wow sekian like, wow sekian followback hebat aku. Kalau Ibu dan Bapak ngefans dengan seorang tokoh politik maka seluruh masukan di mesin pencari Bapak dan Ibu itu akan memberi tokoh A itu hebatnya luar biasa, sehingga dengan begitu kita sulit sekali menerima yang berbeda dari kita, karena kita pikir di muka bumi ini yang sama dengan kita banyak. Itu sebabnya orang Amerika kaget ketika Donald Trum menang karena kalau mereka buka facebooknya bukan Donal Trum, Hillary dan seterusnya. Kita juga sering terkejut lho kok bisa menang karena kita hidup di dalam bubble. Kita menyebutnya kita hidup dengan bubble teknologi. Oleh karena itu kita perlu membimbing mengarahkan mahasiswa kita untuk bisa menerima perbedaan untuk bisa mengerti bahwa ada orang yang berbeda dengan kita.

Nah pertanyaannya ada mahasiswa Bapak Ibu. Beberapa waktu yang lalu saya ditanya oleh seorang menteri dari negara lain. Ibu Dirjen bagaimana kebijakan vokasi di Indonesia menghadapi YouTube. Bagaimana Ibu yakin pendidikan vokasi di Indonesia akan bisa bersaing dengan YouTube karena sekarang akan belajar apa saja bisa lewat YouTube. Mau nyanyi, main piano, lagu apapun bisa belajar lewat YouTube. Terus ngapain kita sekolah. Mahasiswa mungkin bertanya ngapain kita kuliah. Oke betul kita bisa tahu tentang banyak hal lewat YouTube, Google, tetapi kenapa pendidikan penting karena pendidikan memberi peta ke mahasiswa untuk sampai ke kompetensi itu. Anda harus lewat mana adik-adik mahasiswa, dosen anda memberi peta agar anda bisa sampai ke situ dengan lebih efektif tidak tersesat ke sana – kemari. Itu yang pertama. Yang kedua adalah memberi jalan kepada Anda untuk membangun ilmu pengetahuan begitu banyak informasi. Jadi sesungguhnya Ibu dan Bapak pendidikan itu memberikan dua hal learning how to learn dan learning how to think. 

Beberapa industri yang ketemu saya sebagai Dirjen Vokasi dia mengatakan oke nggak usah repot kasih kembang-kembang tolong siapkan mahasiswa dalam aspek karakter hard tolong siapkan mahasiswa dalam basic skill dan tolong beri mahasiswa fundamental knowledge. Berikutnya kembang-kembangnya mencet tombol yang mana dan seterusnya biar kami industri yang mengajarkan karena sehebat apapun kampus-kampus Ibu tidak akan pernah bisa mengejar teknologi yang ada di kami itu yang mereka bilang maka beri bekal kepada anak-anak kita how to learn dan how to speak,” paparnya.

Pada kesempatan itu, Dekan FP Unsri juga melaunching star up mahasiswa dilanjutkan dengan potong tumpeng dan mengunjungi stand-stand mahasiswa dari berbagai program studi yang ada di Fakultas Pertanian. (Yo)