Welcome to Program Studi

Profesi Program Profesi Insinyur

Bahasa :

Pengukuhan dan Pengambilan Sumpah Anggota PII Alumni PSPPI Unsri Periode Satu

single

25 orang alumni Program Studi Program Profesi Insinyur lulusan pertama Universitas Sriwijaya (Unsri) resmi menjadi anggota Perhimpunan Profesi Insinyur Indonesia (PPII). Pengukuhan dan pengambilan sumpah anggota oleh Sekjen PPII Pusat Jakarta dilaksanakan di Ruang Rapat Lt.2 Kantor Pusat Administrasi Unsri kampus Indralaya, Rabu (21/6/2023). 

Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Eng. Ir. Joni Arliansyah, M.T. mengatakan, untuk angkatan pertama masih tersisa 32 mahasiswa yang diharapkan selesai semua di bulan Juli Agustus mendatang.

Pada kesempatan itu Rektor Unsri, Prof. Dr. Ir. H. Anis Sagaff, MSCE, IPU, Asean Eng. menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi atas kepercayaannya menunjuk Unsri menjadi salah satu perguruan tinggi penyelenggara PSPPI, kepada PII Pusat yang intens membantu penyelenggaraan PSPPI Unsri supaya berjalan dengan baik dan benar, dan kepada dua dosen Unila yang sangat konsen terhadap PSPPI Universitas Sriwijaya.

Ketua Umum Pusat dalam sambutanya yang disampaikan Wasekjen PII, Dandung Sri Harninto, IPU berharap ke depanya jumlah insinyur semakin banyak karena menurut catatan Forum Dekan Teknik Seluruh Indonesia sampai dengan Januari 2022 lulusan teknik di seluruh Indonesia itu 1,4 juta, pertahun kira-kira menghasilakn 27 ribu sarjana teknik. “Cuma sayangnya yang menempuh insinyur itu belum banyak. Padahal sesuai dengan amanah UU yang harus kita lalui setiap orang yang berpraktek keinsinyuran seorang insinyur dan mempunyai STRI. Ini tugas besar kita semua tidak hanya Unsri tapi juga dari PII dan juga universitas- universitas lain yang mendapatkan amanah untuk melaksanakan UU No 11,” kata Dandung.

Dandung juga mengatakan bahwa jumlah enginer atau sarjana teknik kita dibandingkan dengan negara-negara lain di sekitar kita masih sangat jauh. Negara kita hanya memiliki sekitar 5300 enginer per satu juta penduduk. Dibandingkan dengan negara terdekat, yakni Vietnam sudah mempunyai 9 ribu enginer per satu juta penduduk. “Jadi kita dengan Vietnam pun kalah. Amerika 22 ribu enginer per satu juta penduduk, Korea 20 ribu. Jadi sebenarnya inilah tantangan kita bersama bagaimana  meningkatkan kecintaan adik-adik kita itu menempuh pendidikan enginer dan melanjutkan enginer sebagai profesinya. Karena kita tahu tidak setiap sarjana teknik jadi enginer. Kita harapkan dengan program-program seperti ini bangsa kita jumlah insinyurnya semakin banyak,” harap Dandung. (Yo)